Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.
Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.
Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,
Perbedaan Bangsa dan Negara
Istilah bangsa atau nasion, natie dan nation muncul karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang menempatkan eksistensinya di dalam kebersamaan.
Istilah bangsa mengandung dua pengertian, yaitu bangsa dalam konteks geneologis-antropologis dan bangsa dalam dalam konteks politik.
Bangsa dalam konteks geneologis-antropologis merupakan pengertian bangsa yang bersifat alamiah, yakni sekelompok orang yang mempunyai kesatuan asal turunan, bahasa, yang diikat atas dasar persamaan darah atau gen yang mendiami suatu kawasan atau daerah tertentu
Adapun bangsa dalam konteks politik merupakan sekelompok orang yang rasa dan ikatan kesatuannya berdasarkan pada kesamaan cita-cita, tujuan, nasib sehingga mendorong mereka untuk hidup bersama dalam wilayah tertentu demi kelangsungan hidup dan eksistensi mereka.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Sekelompok masyarakat atau orang bisa dikatakan sebagai sebuah bangsa ketika memenuhi unsur-unsur berikut ini.
- memiliki asal-usul dalam sejarah bersama dalam suatu bentuk ikatan atau sentimen kolektif
- memiliki bahasa, struktur sosial, dan sistem politik yang dikehendaki
- adanya wilayah sebagai ruang hidup tempat bermukim dan mencari nafkah bagi kelangsungan hidup
- memiliki dan menunjukkan identitas kolektif yang menjadi atribut sebuah budaya sehingga dapat membedakannya dengan bangsa lain
Dalam kehidupan sosialnya, manusia membutuhkan suatu alat atau piranti dalam suatu bentuk organisasi politik yang dapat mengatur pranata sosial politik dalam kehidupan manusia, yaitu negara.
Negara merupakan alat dari masyarakat yang memiliki legitimasi kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat serta menertibkan persoalan kekuasaan dalam masyarakat.
Adapun pengertian negara pada zaman Yunani kuno mengacu pada istilah polis, yakni lingkungan negara kota yang di dalamnya warganegara turut serta dalam permusyawaratan negara.
Berikut ini pengertian negara menurut beberapa ahli agar detikers memahami perbedaan bangsa dan negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) negara memiliki dua pengertian. Pertama negara diartikan sebagai organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.
Pengertian kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan dari masyarakat.
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.
Negara adalah asosiasi suatu masyarakat yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Keterangan ini memperjelas perbedaan bangsa dan negara.
Sama halnya dengan sebuah bangsa, sesuatu bisa dikatakan negara jika memenuhi unsur-unsur negara. Berikut ini yang termasuk unsur-unsur negara untuk mengetahui perbedaan bangsa dan negara
- Adanya rakyat/jumlah penduduk
Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu negara maka pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas darat, laut, dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak memerlukan wilayah lautan.
Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan melaksanakan fungsinya.
- Memiliki Pemerintahan
Definisi pemerintah secara luas dapat diartikan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan dan kebijakan dalam mengambil keputusan serta melaksanakan kepemimpinan & koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dan wilayahnya yang membentuk sebuah lembaga dimana mereka ditempatkan.
Itulah perbedaan bangsa dan negara beserta unsur-unsurnya. Sekarang detikers sudah bisa membedakan kan?
Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.
Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.
Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang.
Bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh Bangsa Persia pemeluk Majusi.
Berita Bangsa Romawi Dikalahkan oleh Bangsa Persia, Negeri yang Dekat dengan Kota Mekah, Tafsir Surat Ar Rum Ayat 2 (Sumber: freepik/frimufilms)
Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria.
Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma.
Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi.
Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal gaib yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.
Pada saat bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya.
Hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Mendengar berita ini, orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedangkan orang-orang yang beriman dan Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi yang menyembah api, jadi mereka menyekutukan Tuhan.
Orang-orang Mekah juga menyekutukan Tuhan dengan menyembah berhala.
Oleh karena itu, mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan.
Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena sama-sama menganut agama Samawi.
Oleh karena itu, kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politeisme yang mempercayai “banyak Tuhan”, atas agama Samawi yang menganut agama tauhid.
Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang kaum musyrik Mekah semakin bertambah.
Mereka mencemooh kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka juga akan hancur, sebagaimana kehancuran bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani.
Lalu ayat ini turun untuk menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, peperangan antara kedua bangsa itu berkecamuk kembali untuk kedua kalinya.
Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah tampak tanda-tanda kemenangan bangsa Romawi.
Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia.
Oleh karena itu, Ubay bin Khalaf ketika mengetahui Abu Bakar hijrah ke Medinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu ‘Abdurraḥmān, menjamin taruhan ayahnya, jika Persia menang.
Hal ini diterima oleh ‘Abdurraḥmān.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi memerangi kaum Muslimin, ‘Abdurraḥmān melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang.
Maka Abdullah bin Ubay menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:
pertama, pada tahun 622 Masehi, perang antara Romawi dan Persia telah berakhir dengan kemenangan Romawi. Akan tetapi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya ‘Abdurraḥmān minta jaminan pada waktu Ubay akan pergi ke Perang Uhud.
Kedua, peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah.
Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang canggih dan bangsanya pun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin, yaitu antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak, dan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain.
Orang-orang musyrik Mekah menganggap kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga karena sama-sama menganut politeisme.
Sedangkan kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebagai kekalahan mereka pula, karena merasa agama mereka berasal dari sumber yang satu.
Hal ini merupakan suatu faktor nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah.
Hal ini tampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf.
Harga unta seratus ekor sangat tinggi pada waktu itu, sehingga kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentu beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi pada waktu kekalahan itu dalam keadaan kocar-kacir.
sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang.
Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apa pun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan, dan sebagainya.
Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang.
Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan dan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya.
Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya.
Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan.
Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah.
Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu.
Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin.
Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia tidak ada harganya sedikit pun, karena hal itu merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan.
Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu masjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke dalamnya sambil berkata,
“Aku bertawakal kepada Allah,” lalu Nabi bersabda:
اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ. (رواه الترمذى عن انس بن مالك)
Ikatlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakal. (Riwayat at-Tirmiżī dari Anas bin Mālik )
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia.
Mereka bergembira karena:
1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrik Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Al-Qur’an.
2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia.
3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.
Itulah tafsir surat Ar Rum ayat 2 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).
Semoga artikel ini bermanfaat.
Pada dasarnya manusia merupakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia terdiri atas dua unsur, yaitu unsur jasmani (raga) dan unsur rohani (jiwa). Manusia diberi potensi berupa akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian, manusia selalu membutuhkan bantuan manusia lainnya. Aristoteles menyebutkan manusia sebagai makhluk “Zoon Politicon”, yaitu makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan yang lainnya. Secara kodrati manusia dapat hidup berdampingan/ berkelompok dengan manusia lainnya karena didorong oleh kebutuhan biologis.
Bangsa adalah sekelompok orang yang menempati wilayah tertentu yang di ikat oleh persamaan nasib, sejarah dan cita-cita. Pengertian bangsa menurut para ahli :
Bangsa adalah buah hasil karya atau tenaga hidup manusia. Pada umumnya bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain, di antaranya persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat-istiadat, kesamaan politik, perasaan, dan keyakinan (agama).
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter. Karakter tersebut tumbuh karena adanya persamaan senasib dan sepenanggungan.
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat tertentu atau adanya keinginan yang sama. Hasrat tersebut timbul karena adanya rasa kesatuan antara sesama manusia dan tempat tinggal.
Faktor objektif terpenting terbentuknya suatu bangsa adalah adanya kehendak atau kemauan bersama atau “nasionalisme”. Freidrich Hertz dalam bukunya Nationality in History and Politic mengemukakan bahwa ada empat unsur yang berpengaruh dalam terbentuknya suatu bangsa, yaitu :
Secara etimologi kata Negara berasal dari kata state Inggris), Staat (Belanda, Jerman), E`tat (Prancis), Status, Statum (Latin) yang berarti meletakkan dalam keadaan berdiri, menempatkan, atau membuat berdiri. Kata Negara yang dipakai di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yanitu Negara atau nagari yang artinya wilayah, kota, atau penguasa. Pengertian bangsa menurut para ahli :
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu.
Negara adalah organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasian karena mempunyai wewenang yang bersifat mamaksa dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian masyarakat itu.
Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
Menurut Hans Kohn, kebanyakan bangsa terbentuk karena unsur atau faktor objektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain, seperti:
Menurut Joseph Stalin, unsur terbentuknya bangsa adalah adanya:
Unsur terbentuknya Negara dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu unsur konstitutif dan unsur deklaratif.
Rakyat suatu negara ialah semua orang yang berada di dalam wilayah negara yang taat kepada peraturan dalan suatu negara tersebut.
Wilayah adalah hal penting yang harus ada di suatu negara. Secara umum wilayah dapat kita bedakan atas wilayah daratan, lautan, udara dan wilayah ekstrateritorial. Wilayah merupakan landasan fisik atau landasan materil negara.
Pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap rakyatnya merupakan syarat yang harus ada dalam keberadaan suatu negara. Pemerintah dan negara lain tidak ada kuasa atas wilayah dan rakyat negara tersebut.
Pemerintahan dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu :
Pemerintahan dalam arti sempit, ialah semu alat kelengkapan negara yang menjalankan pemerintahan, seperti presiden, wakil presiden serta para menteri, sedangkan
Pemerintahan dalam arti luas, meliputi seluruh kekuasaan yang ada di pemerintahan, yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Kedaulatan yang dapat dimiliki pemerintah, yaitu :
Pengkuan dari negara lain ialah unsur penguat untuk terbentuknya suatau negara. Unsur ini berfungsi untuk menerangkan bahwa suatu negara tersebut sudah berdiri. Sehingga negara tersebut dikenal, atau diketahui oleh negara-negara lain.
Pengakuan dari negara lain dibagi atas dua macam, yaitu :
Tujuan Negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sosial.
Tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta mengungkapkan daya cipta yang sebebas-bebasnya.
Tujuan Negara adalah menciptakan keadaan yang di dalamnya, rakyat dapat mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.
Tujuan Negara adalah kesempurnaan warganya yang berdasarkan atas keadilan. Keadilan memerintah harus menjelma di dalam negara, dan hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa sebenarnya yang berhak ia terima.
Tujuan negara adalah merupakan suatu keharusan yang bersifat objektif, yang asalnya mengacu pada budi pekerti manusia. Tugas negara adalah untuk menciptakan hukum, yang harus dilakukan oleh para pemimpin, atau para penguasa yang dipilah oleh rakyat.
Tujuan negara Indonesia dijabarkan dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945, secara rinci, tujuan tersebut adalah :
Moh. Kusnardi, seorang ahli hukum tata negara, menyatakan fungsi negara dibagi menjadi dua bagian, yaitu melaksanakan kebijakan (hukum dan ketertiban) dan membutuhkan kesejahteraan. Artinya, negara harus melaksanakan kebijakan untuk mencegah bentrokan di masyarakat dalam rangka mencapai tujuan bersama dan keinginan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Fungsi Negara Secara Umum
Negara harus melindungi elemen negara (orang, wilayah, dan pemerintah) dari segala ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang berasal dari internal maupun eksternal. Contoh: penjaga militer perbatasan negara
Negara berkewajiban untuk melakukan keadilan di depan hukum tanpa diskriminasi atau kepentingan tertentu. Contoh: Seseorang yang melakukan suatu tindakan kriminal dihukum terlepas dari posisi dan jabatan.
Negara membuat sebuah peraturan perundang-undangan guna untuk menjalankan kebijakan dengan adanya landasan yang kuat untuk membentuk tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.
Negara untuk mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih makmur dan sejahtera.
Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.
Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.
Bangsa Viking dikenal sebagai bangsa yang bar-bar, bangsa yang suka menjarah hingga mereka tak perduli dengan siapa yang dijarah. Yang penting tujuan mereka adalah harta berupa emas, perak dan sebagainya.
Mereka menjarah karena memang bagian dari tradisi, karena ladang dan pertanian di tanahnya sering terkendala cuaca.
Mereka ini menjarah eropa pada abad 8, dan sering disebut orang dari utara atau norsemen. Mereka menjarah hingga daratan Inggris, Prancis dan Italia bahkan sampai Mediterania, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Amerika Utara.
Bangsa ini sekarang berada di daerah Skandinavia, dimana perawakan mereka tinggi dan besar. Namun perlu di ingat Viking itu sebutan untuk orang Skandinavia yang suka menjelajah melalui laut dan juga menjarah negeri lain. Lalu bagaimana dengan mereka yang bertani dan tidak ikut menjelajah? Tidak disebut Viking.
Biasanya bangsa Viking berada di wilayah Swedia, Norwegia, dan Denmark. Ini yang terkenal menjelajah dan tidak beradab, karena dimasa itu eropa sudah lebih modern peradabannya. Termasuk di Spanyol yang dikuasai oleh khilafah Islam.
Dalam perjalanannya bangsa ini awalnya menjarah biara, hingga karena kekuatannya di medan perang dimanfaatkan oleh raja-raja Inggris yang terlibat perang saudara.
Di Inggris Kerajaan Wessex yang melawan Viking tanpa henti, sedangkan bangsa ini bermukim di wilayah York. Namun tidak hanya di Inggris mereka melakukan penjelajahan dan penjarahan hingga Prancis pada 842 M, berawal di Nantes hingga ke Paris, Limoges, Orleans, Tours, dan Nimes.
Di tahun 1066, adalah raja Viking terakhir, Harald Harada memimpin setelah ia dapat dikalahkan pasukan William di Inggris maka berakhir juga masa era Viking, karena kerajaan di skandinavia mulai meninggalkan agama lama mereka berganti dengan Kristen. Istilah Viking sudah berakhir namun bangsa Skandinavia berubah menjadi lebih modern, dan happines.
Dewa dalam mitologi Nordik, juga menjadi bagian dalam film garapan Marvel saat ini. Yaitu Odin, Thor, dan Loki sebenarnya masih banyak dewa dan dewi yang mereka sembah namun yang terkenal adalah 3 dewa diatas.
Saat ini Viking memang sudah tidak eksis lagi, namun bangsa skandinavia yang menjadi bagian leluhur Viking seperti Finlandia, Islandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia. Dimasa sekarang negara tersebut masyarakatnya paling bahagia di dunia.
Tahun 1970, ada konsep hygee prinsip yang memgutamakan kebahagiaan di tengah wilayah mereka yang cuacanya ekstreem. Maka pendidikan dan kesehatan yang terjamin, kepercayaan kepada pemerintah dan bisnis, dan kebebasan untuk membuat pilihan hidup itu semua menjadi kunci kehidupan negara skandinavia.
Apakah konsep nordik bisa diterapkan di Indonesia?
Susah! Karena, kalau mereka bekerja akan total dalam bekerja dan bila santai akan benar-benar rileks, dan mereka juga mengappresiasi orang-orang kreatif.
Kemudian, mereka juga percaya kepada pemerintah seutuhnya. Dan masyarakatnya rela membayar pajak yang lebih tinggi dari rata-rata.
Sedangkan di Indonesia mau santai masih mikirin utang pinjol, lah yang ada susah untuk rileks. Pajak menjadi momok yang menakutkan hingga banyak para pengemplang pajak, orang kreatif tak dianggap, apalagi masalah kerja banyak yang ingin kaya tanpa usaha. Belum lagi kepercayaan pada pemerintah yang kerjanya banyak ngawur, menjadikan sentimen negatif yang membuat Indonesia kurang bahagia, maka untuk bahagia di Indonesia hanya ada satu jalan yaitu "Korupsi".
Baik itu korupsi waktu, uang atau barang, hingga semua lapisan masyarakat melakukan tindakan ini secara sistematis. Dan lucunya mereka semua itu beragama dan berlindung dibawah nama Tuhan, karena asas di Indonesia harus percaya Tuhan namun kelakuannya lebih percaya kepada Setan.
Jadi gimana, cukup sulit sistem nordik untuk diterapkan di sini bukan!
Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
Seringkali kita mendengar istilah bangsa dan negara ketika berkaitan dengan penyebutan Indonesia. Namun, apa perbedaan bangsa dan negara?
Hubungan antara bangsa dan negara memiliki kaitan yang erat dengan sekelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah tertentu. Baik dalam konteks sosial maupun dalam konteks politik.
Lantas apa perbedaan bangsa dan negara itu? Dikutip dari buku 'Nasionalisme dalam dinamika ketahanan nasional' oleh Armaidy Armawi, berikut penjelasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.
Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.
Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,
Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang.
Bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh Bangsa Persia pemeluk Majusi.
Berita Bangsa Romawi Dikalahkan oleh Bangsa Persia, Negeri yang Dekat dengan Kota Mekah, Tafsir Surat Ar Rum Ayat 2 (Sumber: freepik/frimufilms)
Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria.
Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma.
Halaman Selanjutnya :
Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi.
Bangsa Viking adalah sebutan untuk orang-orang Skandinavia yang memiliki tradisi kuat sebagai penjelajah lautan di wilayah Eropa sekitar akhir abad ke-8 hingga pertengahan abad ke-11.
Viking berasal dari bahasa Norse Kuno "vik" (teluk atau sungai) yang merupakan akar kata "vikingr" yang berarti bajak laut. Mereka juga dikenal sebagai Norseman (North man) yang berarti orang dari Utara.
Bangsa Viking biasa hidup di perairan dan mendiami sebagian besar benua Eropa. Mereka bahkan mampu mengarungi lautan hingga Afrika Utara, Mediterania, Amerika Utara, dan Timur Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai salah satu negara Skandinavia, Denmark merupakan bangsa Viking.
Zaman viking merupakan periode paling terkenal dalam sejarah Denmark.
Dilansir dari laman Kementerian Luar Negeri Denmark, zaman Viking Denmark dimulai sekitar 793 M. Kala itu, bangsa Viking Denmark melakukan penyerbuan ke pulau Inggris, Lindisfarne.
Bangsa Viking akhirnya mendirikan pemukiman di Yorkshire di Inggris Utara dan di Normandia di wilayah barat laut Perancis.
Zaman Viking berlangsung sekitar 250 tahun. Pada suatu masa, Viking Denmark Sweyn Forkbeard (Svend Tveskæg) dan putranya Canute the Great (Knud den Store) menjadi raja bukan hanya di Denmark tetapi juga di Norwegia, Swedia Selatan, Greenland, Kepulauan Faroe, Shetland, Orkney, dan sebagian wilayah Inggris.
Bangsa Viking melakukan perjalanan jauh ke luar wilayah kekuasaan mereka. Mereka salah satunya berlayar ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Rusia dan Turki.
Kemampuan navigasi Viking di laut juga membawa mereka hingga ke Greenland dan Amerika Utara.
Bangsa Viking terus menjarah dan mencuri, serta berdagang logam mulia, tekstil, barang pecah belah, perhiasan, dan bulu. Terkadang, mereka juga membeli dan menjual budak Eropa.
Bangsa Viking Norwegia kebanyakan berlayar ke barat. Mereka menyerbu dan menetap di Irlandia, Skotlandia, Inggris, Prancis, Kepulauan Shetland, Kepulauan Orkney, Hebrida, Pulau man, Kepulauan Faroe, dan Islandia.
Dilansir dari laman Britannica, orang keturunan Viking Norwegia menetap di Greenland dan melakukan ekspedisi ke Vinland.
Banyak orang Viking yang kemudian kembali ke kampung halamannya. Mereka bertemu dengan Eropa Barat dan pertemuan ini menjadi cikal bakal unifikasi dan Kristenisasi Norwegia.
Pada paruh kedua abad ke-9, kepala suku Viking Harald I Fairhair dari wilayah Oslo Fjord berhasil mengambil pantai barat, berkat aliansinya dengan para kepala suku Frostatingslag dan sebagian Gulatoringslag.
Pertempuran terakhir terjadi di Hafrsfjord dekat Stavanger antara 872 dan 900 M. Setelah itu, Harald menyatakan diri sebagai raja Norwegia.
Putranya, Erik I Bloodax, kemudian memerintah sekitar 930-935 usai membunuh tujuh dari delapan saudara laki-lakinya.
Bangsa Swedia dahulu dikenal sebagai bangsa Varangia atau Rus.
Awal mula bangsa Viking Swedia muncul yaitu ketika bangsa Rus berniat menemukan dan menjarah tanah-tanah baru di timur di sepanjang sungai Volga dan Dnieper.
Ekspedisi mereka berbeda dengan ekspedisi bangsa Denmark dan Norwegia di barat. Tujuan utama bangsa Rus adalah untuk berdagang.
Menurut penulis CJ Adrian, bangsa Viking Swedia membangun rute perdagangan yang panjang ke Timur Tengah dan sekitar Laut Hitam.
Pada abad ke-8 dan ke-9, Arab melakukan ekspansi di wilayah Mediterania. Jalur perdagangan di sepanjang sungai Rusia hingga Laut Baltik pun menjadi krusial.
Pada paruh kedua abad ke-9, kepala suku petani Swedia mengeksploitasi penduduk Slavia. Mereka menguasai jalur perdagangan di sepanjang Dnieper hingga Laut Hitam dan Konstantinopel, serta sepanjang Volga hingga Laut Kaspia dan Timur.
Namun, sejak abad ke-10, kendali pasar Rusia mulai berpindah dari tangan Swedia ke tangan pedagang Frisian, Jerman, dan Gotland, demikian dilansir dari Britannica.
Sejarah timbulnya bangsa-bangsa di dunia berawal dari benua Eropa. Pada akhir abad XIX, di Benua Eropa timbul berbagai gerakan kebangsaan. Gerakan-gerakan perjuangan ini merupakan ancaman terhadap pemerintahan kerajaan yang saat itu menguasai bangsa-bangsa yang bersangkutan dan akhirnya gerakan-gerakan perjuangan tersebut mengakibatkan kerajaan-kerajaan besar di Eropa (seperti Kerajaan Austria, Hongaria, Kerajaan Turki, dan Perancis), terpecah-pecah menjadi negara-negara merdeka yang lebih kecil.
Kerajaan-kerajaan tersebut pecah menjadi negara-negara yang kecil atas dasar asas kebangsaan. Dengan banyaknya gerakan-gerakan kebangsaan di Eropa saat itu dan atas keberhasilan mereka menjadi negara kecil yang merdeka mempunyai pengaruh besar pada kehidupan politik di Eropa, termasuk juga daerah lain di dunia. Timbul suatu pertanyaan apakah bangsa itu?
Menurut Ernest Renan, seorang guru besar Universitas Sorbone, Nasion adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain. Nation adalah suatu jiwa, suatu asas spiritual. Ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat di masa lampau dan oleh orang-orang yang bersangkutan bersedia dibuat di masa depan. Nasion mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas: yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan nyata untuk terus hidup bersama. Oleh sebab itu suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi, atau hal-hal lain yang sejenis. Akan tetapi kehadiran suatu nasion adalah seolah-olah suatu kesepakatan bersama yang terjadi setiap hari (Bachtiar, 1987: 23).
Ben Anderson merumuskan bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (Imagined Political Community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang penduduknya ratusan juta mempunyai batas wilayah yang jelas. Dibayangkan berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya bangsa disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas adanya kesenjangan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta-juta orang bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu (Surbakti, 1992: 42).
Merujuk pendapat Anderson di atas, penciptaan solidaritas nasional digambarkan sebagai proses pengembangan imaginasi di kalangan anggota masyarakat tentang komunitas mereka, sehingga orang Aceh yang tidak pernah berkunjung ke Jawa Tengah dan tidak pernah bertemu dengan orang Jawa Tengah bisa mengembangkan kesetiakawanan terhadap sesama anggota komunitas Indonesia itu.
Ahli lain yang mengemukakan bangsa adalah Otto Bauer, yang menyatakan bahwa bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib. Perumusan kedua ahli tersebut (Ernest Renan dan Otto Bauer) biasanya dilukiskan sebagai perumusan yang klasik. Bung Karno mempunyai pemahaman yang relatif baru dari pada keduanya. Berkat analisis geopolitiknya, ia menekankan persatuan antara orang dengan tanah air sebagai syarat bangsa. Bangsa, menurut Moh. Hatta ditentukan oleh keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun menjadi satu, yaitu terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang sama diderita, mujur sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya oleh karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak (Sutrisno, 1983: 38).
Dengan demikian pengertian bangsa kiranya mengandung intisari adanya elemen pokok berupa jiwa, kehendak, perasaan, pikiran, semangat, yang bersama-sama membentuk kesatuan, kebulatan dan ketunggalan serta semuanya itu yang dimaksud adalah aspek kerohaniannya. Bangsa, bukanlah kenyataan yang bersifat lahiriah, melainkan bercorak rohaniah, yang adanya hanya dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan senasib sepenangungan dan kemauan membentuk kolektivitas.
PK ! ¡y€ [ [Content_Types].xml ¢( ÄXÛ�›0}¯Ô@¼VÁ!m·Û*dzyêe¥n?À…�¸Û²�tó÷5W%ÈZ dÊK&fÎÌœa{÷X䪔f‚G~¬}x,ƳÈÿñğiuë{ÚP�Ğ\pˆühÿn÷üÙöá$A{v7ב¿7F¾#DÇ{(¨„nŸ¤BÔØ[•Iãß4²Y¯oH,¸nV¦´áï¶ß, Åğî©2_iaÏ!R¢s»¨ëËëÀZô½÷õÖòôȧRæ,¦Æb'G�ôÎ]‰4e1$">ö´@*ĞöZı½ÈƒÊø‹Ò(‡àfqáÛå |¦'q0M0ê›7(hjÛ£ãÀtû0}€”rã}|´,®Gò¬ÇMV”t/ׇèõ…jc°¦y}¢¼Em{”g4/QpLAğjq!ͧ8!Äaõ„²`Ş+!õµcĞBPÕhG–ã°b^åÁiPó0á´¬ ˜š:‚SÏF±§A°¹6‡'ˇ‡ Sœâğa‚±ªHõ;Ÿ•™öDG'ş%ÁİŠ«C½ØQkp˜3!‡˜púò%&‡oäº's$x#û»³ÒİzϤ~"zOkü±~.ğ¯�î¶Êxûcf—'^“ à´ÌQ�_ÎÒNs—vEƃ•¢!–·³)¥şO YI+’@µ]g÷'Úp=�Ë £BÒöeœ8L‚€S_§@Ø,Cæğİœr¸ºÀ>3=ʮšÆpŠviâ…©KP�Æ—±´×÷êñ¾\’Mª-?E.3D�Ã[æóÕ‘Á”1¶3ü¯9†ã�K6»:Q×c¡`zjE]¹ÛÑûHõix÷ ÿÿ PK ! høt¡ â _rels/.rels ¢( ¬’ÛJ1†ïß!Ì}7Û*"ÒloDè�Èú c2»İH¦Ò¾½¡àaa-‚½œÓ?_òÏz³w£x§”mğ –U ‚¼Æú^Ásû°¸‘½Á1xRp ›æòbıD#rʃ�YŸÌñNʬr˜«É—J’C.aêeDı†=ÉU]ßÈôSš‰¦Øik®@´‡X6ÿG[:b4È(uH´ˆ©�%¶å-¢ÅÔ+0A?–t>vT…ä<Ğê¼@<ìÜ‹G;Î |Õª×Hıo@Ë¿…®³šîƒŞ9ò'홼!sÚ4Œñ“HN.³ù ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide7.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! 3Á 7 ppt/slides/_rels/slide9.xml.rels„�A«Â0„ï‚ÿ!ìݤ¾ƒŠ4íEá�DÀ’lÛ`›„l|¼ş{s¬ xœæ›�ºıŸFñG‰]ğ¶²AŞë|¯á~;o 8£·8Ofbh›õª¾Òˆ¹„xp‘E¡xÖ0ä�J±hB–!’/NÒ„¹ÈÔ«ˆæ�=©ŸªÚ©´d@óÆ«!]ìÄm�¥ù;;t�3t æ9‘Ï*�ÎÒ/Îá™SOYƒ”Ë;/Å^–÷A5µz›Û¼ ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide6.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide8.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide4.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! 3Á 7 ! ppt/slides/_rels/slide10.xml.rels„�A«Â0„ï‚ÿ!ìݤ¾ƒŠ4íEá�DÀ’lÛ`›„l|¼ş{s¬ xœæ›�ºıŸFñG‰]ğ¶²AŞë|¯á~;o 8£·8Ofbh›õª¾Òˆ¹„xp‘E¡xÖ0ä�J±hB–!’/NÒ„¹ÈÔ«ˆæ�=©ŸªÚ©´d@óÆ«!]ìÄm�¥ù;;t�3t æ9‘Ï*�ÎÒ/Îá™SOYƒ”Ë;/Å^–÷A5µz›Û¼ ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide3.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide2.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! I-ğä E ppt/slides/_rels/slide1.xml.rels¼‘ÏJÄ0‡ï‚ïæn¦í‚ˆlº<Éú ¡™¦a›?d²bߪˆ—V¼ˆÇ™a¾ßÇÌşğágñN™] ZÙ€ 0Dã‚Uğvz¾{ ÁE£çHÁB‡şöfÿJ³.u‰'—XTJ`S)鑇‰¼f…:cöºÔ2[Lz8kKØ5Í=æ5ú S�‚|4;§%ÕäßÙqİ@Oq¸x åJ:_³+PgKE�”èÉ8ıİßIëFÀëİ¿it2û“Fû—<;C/z‰—²¹ÉªÏ¸*ZYŸùe†›ç÷Ÿ ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ppt/slides/_rels/slide5.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide11.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide12.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide20.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! #\L$å F ! ppt/slides/_rels/slide19.xml.rels¼‘OKÄ0Åï‚ß!ÌİL·â"²é^DXğ$ëšišµùC’ûí�xiaÅ‹x|3Ìï=Şìön ^ÁF6 Ø÷A[o¼ŸnîAäB^Ó<+˜9þ»¾Ú½ğD¥åÑÆ,*Ågc)ñ1÷#;Ê2Döu3„ä¨T™FêßÈ0¶M³Å´d@·bŠƒV�úÄq�ÕùwvÛócèÏ�}¹`�ÖUï ¤d¸(�kKßóŒŞ ^�Ñş[Œ;yŠüc�Í_æÈ“ÕüLs8—U)‹yÆ…heıæWC¸ú~÷ ÿÿ PK ! ¯ÔUñ Í ! ppt/slides/_rels/slide18.xml.rels¼’ÏJ1‡ï‚ïæn²İi¶ �¤>@Hf³©›?dRqߪˆ—]hõR<΄ù~3Ùî>ıÈ>0“‹AŠ7À0èh\°ŞÏwÀ¨¨`ÔJ˜�`×İŞl_qT¥Ñà±J $a(%= Az@¯ˆÇ„¡¾ô1{Uj™HJ¿+‹¢mš{‘çèL¶7òެ�¦T“ÿfǾwŸ¢>yåL„p¾fW Ê‹Î…GãÔO¿å)Xç5ÚÓØğc‹«kzĞ辨)�Êb)³>‰YÑòzÍKÚ\Óì×C¹uı·†X|Âî ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide17.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide16.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide15.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! Kõ=ì¿ 7 ! ppt/slides/_rels/slide14.xml.rels„�Á Â0Dï‚ÿönR=ˆHS/"�D?`I¶m°MB6Šı{s¬ xœæÍN}x�ƒxQb¼†µ¬@�7Á:ßi¸ßN«Îè-Á“†‰ÍrQ_iÀ\BܻȢP¨¦V_s› ÿÿ PK ! šÿ)Û ¿ ! ppt/slides/_rels/slide13.xml.rels¬�ÍJ1„ï‚ïúnzvÙÌ^–…O²>@Hz2ÑÉé¬8ooÄË,xñXÕôWEíö_aŸTا¨`#;M²>:oçãİ®:Z=¥H fbØ÷·7»WštmO<úÌ¢Q"+kÍψlF šeÊÛeH%èÚdq˜µùĞ�pÛuX–èWLq² ÊÉnAœçÜ’ÿf§ağ†É\Åz%}hÙ ¨‹£ª@Jd½şõïå{&x½Çæ?{ğä-½è9]êªÍÂg\ˆGÙfüi†«Ùûo ÿÿ PK ! ;öÕœ Ê ppt/_rels/presentation.xml.rels ¢( ¼—ÏNÃ0ÆïH¼C•;K�ıGëvAH; !Z¯«h“* ƒ½=Ñ6F7MæåRÉ�æ|úÙùÜÎßM�lÑØJ«ŒA/e ª\•*3ö¶z¼›°Ä:© Yk…Û¡e‹ùíÍìkéüŸì¦jmâ«(›±�sí=ç6ß`#mO·¨ü/kmé|hJŞÊüC–ÈEš�¸éÖ`ó³šÉ²È˜YşüÕ®õ'ÿ_[¯×U�:ÿlP¹+Gp[Wú‚Ò”è2¶í!;îy¥Œ_ıH*@�2bÁ ’F,$‘Z"Rª%ãH*F”‘T �2bÁ ’††¤áä{�¯nW{ã;G'I‰ÖJŒBâ †”á7K#‡)%#¼k